Cursor

Chrome Pointer

Selasa, 17 Februari 2015

Cerpen Malapetaka di Dini Hari oleh Izaaz



Malapetaka di Dini Hari

28 Desember 2014
Waktu masih menunjukkan pukul 03.45 dini hari. Namun, bandara yang terletak di kota Surabaya ini sudah sangat sibuk. Ada yang tengah sibuk membawa koper dan barang-barang, ada yang sibuk menidurkan bayinya, ada yang mengantri panjang untuk check in di konter maskapai yang akan ditumpanginya, ada yang tertidur pulas di kursi ruang tunggu karena masih terserang kantuk yang begitu hebat, dan ada yang sibuk mengecek kondisi pesawat. Hari itu bandara terlihat lebih sibuk daripada hari-hari lainnya. Banyak orang yang ingin merayakan libur tahun baru di kota ataupun negara lain. Ya, sudah menjadi tradisi bagi seseorang pada saat tahun baru untuk berwisata ke daerah lain. Membuang banyak uang yang telah dikumpulkan untuk membeli tiket pesawat dan memesan kamar di hotel dengan harga yang fantastis karena saat itu merupakan pick season. Maskapai penerbangan dan juga hotel berlomba-lomba menaikkan harga bahkan hingga berlipat-lipat ganda demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun hal itu terpaksa dilakukan oleh pelanggan demi liburan tahun baru yang panjang yang hanya dirayakan setahun sekali dan demi berkumpul dengan keluarga. Namun pada hari itu juga akan terjadi peristiwa yang menggemparkan dan tentu saja tidak terduga serta tidak diinginkan orang lain.

Satu bulan sebelum keberangkatan
            Seorang ayah yang telah berjuang keras untuk mencari nafkah, pulang dari kantornya. Ia mengharap untuk mendengar tawa dan canda dari anaknya yang sangat ia sayang. Ia juga membawa kado istimewa untuk anak-anaknya dan juga istrinya. Namun saat dijalan, tiba-tiba hujan yang sangat deras menghampiri. Ia berlari sekuat tenaga untuk mencari angkutan dengan bajunya yang basah kuyup dan membawa tas hitam yang penuh berisi dokumen kerja. Akhirnya ia menemukan taksi dan menumpanginya untuk mengantarnya pulang ke rumah. Terbayang senda gurau bersama anak-anak dan istrinya dirumah.
            Selang 15 menit, ia telah sampai di depan rumahnya. Terlihat senyuman anak bungsunya dari balik jendela bersama istrinya yang sedang menyapu teras rumah. Sang ayah berlari dari taksi ke teras rumah menghindari hujan. Istri dan anaknya menyambut sang ayah dengan hangat. Anaknya langsung bersenda gurau dengan ayahnya dan istrinya membuatkan teh hangat di dapur. Anaknya lalu berkata,
“Ayah, liburan nanti kita mau kemana?” tanyanya.
“Oh iya, ayah punya hadiah untuk kalian! Coba lihat apa yang ada di dalam amplop coklat di tas ayah?” sang ayah berkata.   
            Anaknya lalu mencari amplop itu, lalu menemukannya.
“Tiket pulang-pergi Surabaya-Singapura dan hotel! Wah... Terima kasih, ayah!” sahut anaknya yang gembira.
“Iya, sama-sama. Ngomong-ngomong, kakakmu dimana?” tanya sang ayah.
“Ia ada di dalam kamar. Sedang istirahat” sahut anaknya.
            Tiap hari anaknya itu menanti-nanti hari keberangkatan untuk liburan ke Singapura. Ia merasa sangat tidak sabar. Namun kakaknya merasa aneh. Ia merasa ada yang mengganjal hatinya untuk liburan. Tetapi ia berusaha menghilangkan pikiran negatif dan menganggap liburan ini akan baik-baik saja.
            Tiba-tiba ayahnya mendapat pemberitahuan dari pihak maskapai penerbangan yang mereka tumpangi bahwa keberangkatan dipercepat menjadi pukul 05.20 pagi.

Sehari sebelum keberangkatan
            Ketidaksabaran anak dari sang ayah kini sudah mulai hilang. Bukan hilang karena hari itu sehari sebelum keberangkatan, namun karena rasa gundah di hati si anak tersebut. Awalnya ia yang paling senang untuk liburan. Namun ia berubah menjadi sedih dan takut. Ayah dan ibunya bingung. Namun mereka sibuk menyiapkan pakaian dan barang-barang yang akan dibawa.

Hari – H
            Alarm yang disetel pukul 02.00 pagi berdering dengan keras. Seluruh anggota keluarga bergegas menuju kamar mandi. Setelah mandi, mereka bersiap-siap. Sembari menunggu kedatangan taksi, si anak bungsu tidur sejenak.
Taksi pun tiba. Mereka berangkat. Sang ayah menengok kedua anakya di kursi belakang. Wajah kedua anaknya tampak gelisah dan ketakutan. Lalu sang ayah bertanya,
“Ada apa? Kenapa wajah kalian tampak gelisah?”.
Nggak papa, yah” ucap si kakak.
            Mendengar jawaban dari anaknya, sang ayah juga mulai merasa gelisah. Ia merasakan ada yang ganjil. Tetapi ia tidak tahu apa yang menyebabkan ia dan anak-anaknya gelisah.
            Pukul 03.45 mereka tiba di bandara. Mereka masuk ke ruang check in. Sang ayah mengantri di antrian check in yang panjang dan istri beserta kedua anaknya menunggu diluar antrian. Setelah itu, mereka menunggu di ruang tunggu keberangkatan.
            Pukul 05.15 panggilan untuk penumpang tujuan Singapura dipersilahkan naik ke pesawat. Diluar suasana masih gelap, namun sudah berdengung suara mesin-mesin pesawat. 5 menit kemudian mereka lepas landas. Setelah beberapa menit, diluar jendela pesawat terlihat tetes-tetes air yang menandakan bahwa diluar sedang hujan. Terlihat beberapa kali kilat dan petir di langit yang gelap karena matahari belum muncul. Terjadi beberapa kali guncangan yang dahsyat yang membuat barang-barang berjatuhan dari bagasi penumpang. Semua penumpang terlihat ketakutan. Sang ayah berpikir bahwa inikah yang membuat hatinya gelisah? Apakah ini akhir hidupnya? Yang ada di pikirannya saat itu hanya istri dan anak-anaknya. Tiba-tiba pesawat berguncang dahsyat dan hilang kendali. BLAARRRRR!!!!
Di ATC Bandara Juanda
            Hello... ATC to Airplane... Hello... Do you copy me?... Hello...
            Pengawas berusaha menghubungi pesawat itu. Tidak ada jawaban. Pesawat itu hilang di radar. Pengawas ATC kaget bukan kepalang. Ia lalu memberitahu bahwa pesawat itu hilang kontak.
            Awak media banyak mendatangi bandara itu. Mereka ingin mengetahui kelanjutan dari peristiwa itu untuk menyiarkan berita seputar pesawat yang hilang kontak. Indonesia gempar. Apakah peristiwa ini sama dengan kejadian sebelumnya? Pesawat yang hilang dan tidak ditemukan?
            Keluarga dari penumpang mendatangi bandara untuk mengetahui kepastian peristiwa ini. Mereka datang dengan harapan pesawat baik-baik saja dan semua penumpang selamat.
            Berhari-hari Tim SAR mencari keberadaan pesawat itu. Namun hasilnya sia-sia. Namun akhirnya mereka menemukan titik terang dari kejadian itu. Puing-puing pesawat itu ditemukan dengan jenazah-jenazah penumpang yang mengapung di perairan antara Kalimantan dan Sumatera. Isak tangis keluarga pecah saat ada pengumuman bahwa pesawat itu sudah jatuh di laut.
            Kini, liburan di Singapura yang sudah di nanti-nanti hilang selamanya. Hanya tersisa duka yang amat dalam.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar