Malapetaka di
Dini Hari
28 Desember 2014
Waktu masih menunjukkan pukul 03.45 dini hari.
Namun, bandara yang terletak di kota Surabaya ini sudah sangat sibuk. Ada yang
tengah sibuk membawa koper dan barang-barang, ada yang sibuk menidurkan
bayinya, ada yang mengantri panjang untuk check
in di konter maskapai yang akan ditumpanginya, ada yang tertidur pulas di
kursi ruang tunggu karena masih terserang kantuk yang begitu hebat, dan ada
yang sibuk mengecek kondisi pesawat. Hari itu bandara terlihat lebih sibuk
daripada hari-hari lainnya. Banyak orang yang ingin merayakan libur tahun baru
di kota ataupun negara lain. Ya, sudah menjadi tradisi bagi seseorang pada saat
tahun baru untuk berwisata ke daerah lain. Membuang banyak uang yang telah
dikumpulkan untuk membeli tiket pesawat dan memesan kamar di hotel dengan harga
yang fantastis karena saat itu merupakan pick
season. Maskapai penerbangan dan juga hotel berlomba-lomba menaikkan harga
bahkan hingga berlipat-lipat ganda demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.
Namun hal itu terpaksa dilakukan oleh pelanggan demi liburan tahun baru yang
panjang yang hanya dirayakan setahun sekali dan demi berkumpul dengan keluarga.
Namun pada hari itu juga akan terjadi peristiwa yang menggemparkan dan tentu
saja tidak terduga serta tidak diinginkan orang lain.
Satu bulan sebelum keberangkatan
Seorang ayah yang telah berjuang keras untuk mencari
nafkah, pulang dari kantornya. Ia mengharap untuk mendengar tawa dan canda dari
anaknya yang sangat ia sayang. Ia juga membawa kado istimewa untuk anak-anaknya
dan juga istrinya. Namun saat dijalan, tiba-tiba hujan yang sangat deras
menghampiri. Ia berlari sekuat tenaga untuk mencari angkutan dengan bajunya
yang basah kuyup dan membawa tas hitam yang penuh berisi dokumen kerja. Akhirnya
ia menemukan taksi dan menumpanginya untuk mengantarnya pulang ke rumah.
Terbayang senda gurau bersama anak-anak dan istrinya dirumah.
Selang 15 menit, ia telah sampai di
depan rumahnya. Terlihat senyuman anak bungsunya dari balik jendela bersama
istrinya yang sedang menyapu teras rumah. Sang ayah berlari dari taksi ke teras
rumah menghindari hujan. Istri dan anaknya menyambut sang ayah dengan hangat.
Anaknya langsung bersenda gurau dengan ayahnya dan istrinya membuatkan teh
hangat di dapur. Anaknya lalu berkata,
“Ayah, liburan nanti kita mau kemana?” tanyanya.
“Oh iya, ayah punya hadiah untuk kalian! Coba lihat
apa yang ada di dalam amplop coklat di tas ayah?” sang ayah berkata.
Anaknya lalu mencari amplop itu,
lalu menemukannya.
“Tiket pulang-pergi Surabaya-Singapura dan hotel!
Wah... Terima kasih, ayah!” sahut anaknya yang gembira.
“Iya, sama-sama. Ngomong-ngomong,
kakakmu dimana?” tanya sang ayah.
“Ia ada di dalam kamar. Sedang istirahat” sahut
anaknya.
Tiap hari anaknya itu menanti-nanti
hari keberangkatan untuk liburan ke Singapura. Ia merasa sangat tidak sabar. Namun
kakaknya merasa aneh. Ia merasa ada yang mengganjal hatinya untuk liburan.
Tetapi ia berusaha menghilangkan pikiran negatif dan menganggap liburan ini
akan baik-baik saja.
Tiba-tiba ayahnya mendapat pemberitahuan
dari pihak maskapai penerbangan yang mereka tumpangi bahwa keberangkatan
dipercepat menjadi pukul 05.20 pagi.
Sehari sebelum keberangkatan
Ketidaksabaran anak dari sang ayah kini sudah mulai
hilang. Bukan hilang karena hari itu sehari sebelum keberangkatan, namun karena
rasa gundah di hati si anak tersebut. Awalnya ia yang paling senang untuk
liburan. Namun ia berubah menjadi sedih dan takut. Ayah dan ibunya bingung.
Namun mereka sibuk menyiapkan pakaian dan barang-barang yang akan dibawa.
Hari – H
Alarm yang disetel pukul 02.00 pagi
berdering dengan keras. Seluruh anggota keluarga bergegas menuju kamar mandi.
Setelah mandi, mereka bersiap-siap. Sembari menunggu kedatangan taksi, si anak
bungsu tidur sejenak.
Taksi pun tiba. Mereka berangkat. Sang ayah menengok
kedua anakya di kursi belakang. Wajah kedua anaknya tampak gelisah dan
ketakutan. Lalu sang ayah bertanya,
“Ada apa? Kenapa wajah kalian tampak gelisah?”.
“Nggak papa,
yah” ucap si kakak.
Mendengar jawaban dari anaknya, sang
ayah juga mulai merasa gelisah. Ia merasakan ada yang ganjil. Tetapi ia tidak
tahu apa yang menyebabkan ia dan anak-anaknya gelisah.
Pukul 03.45 mereka tiba di bandara.
Mereka masuk ke ruang check in. Sang
ayah mengantri di antrian check in yang
panjang dan istri beserta kedua anaknya menunggu diluar antrian. Setelah itu,
mereka menunggu di ruang tunggu keberangkatan.
Pukul 05.15 panggilan untuk
penumpang tujuan Singapura dipersilahkan naik ke pesawat. Diluar suasana masih
gelap, namun sudah berdengung suara mesin-mesin pesawat. 5 menit kemudian
mereka lepas landas. Setelah beberapa menit, diluar jendela pesawat terlihat
tetes-tetes air yang menandakan bahwa diluar sedang hujan. Terlihat beberapa
kali kilat dan petir di langit yang gelap karena matahari belum muncul. Terjadi
beberapa kali guncangan yang dahsyat yang membuat barang-barang berjatuhan dari
bagasi penumpang. Semua penumpang terlihat ketakutan. Sang ayah berpikir bahwa
inikah yang membuat hatinya gelisah? Apakah ini akhir hidupnya? Yang ada di
pikirannya saat itu hanya istri dan anak-anaknya. Tiba-tiba pesawat berguncang
dahsyat dan hilang kendali. BLAARRRRR!!!!
Di ATC Bandara Juanda
Hello...
ATC to Airplane... Hello... Do you copy me?... Hello...
Pengawas berusaha menghubungi
pesawat itu. Tidak ada jawaban. Pesawat itu hilang di radar. Pengawas ATC kaget
bukan kepalang. Ia lalu memberitahu bahwa pesawat itu hilang kontak.
Awak media banyak mendatangi bandara
itu. Mereka ingin mengetahui kelanjutan dari peristiwa itu untuk menyiarkan
berita seputar pesawat yang hilang kontak. Indonesia gempar. Apakah peristiwa
ini sama dengan kejadian sebelumnya? Pesawat yang hilang dan tidak ditemukan?
Keluarga dari penumpang mendatangi
bandara untuk mengetahui kepastian peristiwa ini. Mereka datang dengan harapan
pesawat baik-baik saja dan semua penumpang selamat.
Berhari-hari Tim SAR mencari
keberadaan pesawat itu. Namun hasilnya sia-sia. Namun akhirnya mereka menemukan
titik terang dari kejadian itu. Puing-puing pesawat itu ditemukan dengan
jenazah-jenazah penumpang yang mengapung di perairan antara Kalimantan dan
Sumatera. Isak tangis keluarga pecah saat ada pengumuman bahwa pesawat itu
sudah jatuh di laut.
Kini, liburan di Singapura yang
sudah di nanti-nanti hilang selamanya. Hanya tersisa duka yang amat dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar